Apa Itu Pasifis? Memahami Filosofi Anti-Kekerasan dan Perdamaian
Kamis, 29 Mei 2025 08:13 WIB
Pasifis adalah penganut paham yang menolak segala bentuk kekerasan, termasuk perang, dan memperjuangkan penyelesaian konflik secara damai.
Pasifisme (dari bahasa Latin pax yang berarti "damai" dan facere yang berarti "membuat") adalah sebuah filosofi, keyakinan, atau gerakan yang menentang penggunaan kekerasan fisik—baik dalam bentuk perang, agresi militer, maupun kekerasan individu—sebagai cara untuk menyelesaikan konflik.
Seorang pasifis percaya bahwa kekerasan hanya menimbulkan lebih banyak penderitaan dan tidak pernah menjadi solusi jangka panjang. Sebaliknya, mereka mengedepankan metode perdamaian aktif, seperti:
-
Perundingan dan diplomasi
-
Aksi tanpa kekerasan (nonviolent resistance)
-
Pemboikotan damai (boycott)
-
Pendidikan perdamaian
Asal Usul dan Sejarah Pasifisme
Gagasan pasifisme bukanlah hal baru. Akar-akar pasifisme bisa ditelusuri sejak ribuan tahun lalu. Ajaran agama-agama seperti Jainisme, Buddhisme, dan Kekristenan awal telah mengajarkan nilai cinta kasih, empati, dan penolakan terhadap kekerasan.
Namun, istilah “pasifisme” (pacifism) mulai dikenal luas pada abad ke-19 dan 20, khususnya sebagai reaksi terhadap kekejaman yang ditimbulkan oleh perang besar, terutama Perang Dunia I dan II. Banyak kalangan mulai mempertanyakan, apakah peperangan benar-benar menyelesaikan masalah, atau justru memperpanjang penderitaan manusia.
Landasan Filosofis dan Etis
Pasifisme biasanya berdiri di atas beberapa pijakan etika dan filsafat, antara lain:
-
Etika moral: Kekerasan dinilai salah secara mutlak, tanpa pengecualian.
-
Ajaran keagamaan: Beberapa agama menolak perang sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak ilahi.
-
Filsafat humanisme: Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan hak hidup setiap individu.
-
Pragmatisme damai: Kekerasan dianggap kontraproduktif dan hanya menghasilkan siklus dendam yang tidak berkesudahan.
Jenis-Jenis Pasifisme
Terdapat beberapa varian pasifisme, antara lain:
-
1. Pasifisme Absolut (Total)
-
Penolakan mutlak terhadap kekerasan, termasuk dalam membela diri.
-
Contoh: Kelompok Quaker (Religious Society of Friends) yang menolak ikut wajib militer.
2. Pasifisme Kondisional (Pragmatis)
-
Menentang perang tetapi mungkin menerima kekerasan dalam situasi ekstrem (misalnya, melawan tirani).
-
Contoh: Gerakan kemerdekaan India yang menggunakan protes damai, tetapi beberapa kelompok tetap melakukan perlawanan bersenjata.
3. Pasifisme Politik
-
Fokus pada penolakan terhadap kebijakan militer negara, tetapi tidak selalu menentang kekerasan individu.
-
Contoh: Aktivis yang menentang intervensi militer AS di Timur Tengah.
-
Tokoh-Tokoh Pasifis yang Mempengaruhi Dunia
-
Mahatma Gandhi (India)
Pelopor gerakan satyagraha (perlawanan tanpa kekerasan) melawan penjajahan Inggris. -
Martin Luther King Jr. (Amerika Serikat)
Memimpin perjuangan hak-hak sipil bagi warga kulit hitam dengan prinsip damai. -
Leo Tolstoy (Rusia)
Penulis dan filsuf yang menginspirasi banyak pasifis modern melalui gagasannya tentang cinta dan penolakan kekerasan. -
Bertrand Russell (Inggris)
Filsuf yang aktif menentang perang nuklir dan memperjuangkan perdamaian global. -
Nelson Mandela
Meski sempat menggunakan perlawanan bersenjata, Mandela kemudian dikenal karena memilih jalur rekonsiliasi damai dalam membebaskan Afrika Selatan dari apartheid.
Pasifisme dalam Praktik Modern
Di zaman modern, pasifisme terus hidup dalam berbagai bentuk. Banyak organisasi internasional, seperti Amnesty International, Greenpeace, dan PBB, mendorong pendekatan damai dalam menangani isu-isu global—dari krisis iklim hingga konflik antarnegara.
Pasifisme juga mewarnai gerakan sosial di berbagai belahan dunia, seperti:
-
Protes damai terhadap invasi militer
-
Aksi solidaritas untuk korban penindasan
-
Gerakan anti-senjata api dan nuklir
-
Pendidikan perdamaian di sekolah-sekolah
Kritik terhadap Pasifisme
Meski mengusung nilai luhur, pasifisme juga tidak lepas dari kritik. Beberapa pihak menganggap bahwa:
-
Dalam situasi ekstrem seperti genosida, intervensi militer dianggap perlu.
-
Pasifisme bisa dianggap “naif” dalam menghadapi pihak yang opresif dan tidak mengenal kompromi.
-
Sikap pasifis kadang dianggap pasrah dan tidak memberikan perlindungan yang cukup bagi korban kekerasan.
Namun, para pasifis sering membantah anggapan tersebut dengan menekankan bahwa keteguhan moral dan aksi damai bisa menjadi bentuk perlawanan yang lebih kuat dan berkelanjutan daripada balas dendam bersenjata.
Menjadi Pasifis di Dunia Modern
Menjadi pasifis bukan berarti diam atau lemah. Justru sebaliknya, ini adalah pilihan hidup yang membutuhkan keberanian moral, konsistensi nilai, dan kepercayaan pada kekuatan kebaikan. Di dunia yang penuh kekerasan, menjadi pasifis adalah bentuk aktivisme yang senyap namun kuat, mengingatkan kita bahwa perdamaian bukan utopia, melainkan tujuan yang harus diperjuangkan bersama.

Penulis Indonesiana
80 Pengikut

Strategi Pertumbuhan Konglomerat
Senin, 25 Agustus 2025 08:46 WIB
Riwayat Pinjaman Anda dalam BI Checking
Kamis, 21 Agustus 2025 22:45 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler